Rabu, 25 Februari 2015

AWAL BARU SEBUAH MOMENTUM MENUJU PERUBAHAN KARYA ARMAYA AZMI, S.HI


AWAL BARUSEBUAH MOMENTUM MENUJU PERUBAHAN

Pada masa ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Allah telah menetapkan perhitungan waktu bagi manusia sebanyak 12 bulan menurut peredaran bulan terhadap bumi. Hal ini dijelaskan Allah dalam surat QS. At Taubah: 36
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Di antara 12 bulan tersebut, ada 4 bulan yang memiliki keistimewaan. Bulan-bulan istimewa ini adalah Muharram, Rajab, Zulqadah dan Zulhijjah. sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi :
”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah,Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”
Sebenarnya Masyarakat Arab sejak masa silam, sebelum kedatangan Islam, telah menggunakan kalender qamariyah (kalender berdasarkan peredaran bulan). Mereka sepakat tanggal 1 ditandai dengan kehadiran hilal. Mereka juga menetapkan nama bulan sebagaimana yang kita kenal. Mereka mengenal bulan Dzulhijah sebagai bulan haji, mereka kenal bulan Rajab, Ramadhan, Syawal, Safar, dan bulan-bulan lainnya. Bahkan mereka juga menetapkan adanya 4 bulan suci: Dzulqa’dah, Dzulhijah, Shafar Awal (Muharam), dan Rajab. Selama 4 bulan suci ini, mereka sama sekali tidak boleh melakukan peperangan.Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. seperti kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah.
Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur pada zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.
Karena hitungan tahun dalam kalender Islam mengacu kepada hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya kalender ini dinamakan kalender hijriah.
Setelah mereka sepakat, perhitungan tahun mengacu pada tahun hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya mereka bermusyawarah, bulan apakah yang dijadikan sebagai bulan pertama.Pada musyawarah tersebut, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengusulkan agar bulan pertama dalam kalender Hijriah adalah Muharam.
Sejak saat itu, kaum muslimin memiliki kalender resmi, yaitu kalender hijriyah, dan bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam kalender tersebut.
Keistimewaan bulan Muharram
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (Syahrullah). Beribadah pada bulan haram pahalanya dilipatgandakan dan bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula. Pada bulan ini tepatnya pada tanggal 10 Muharram Allah menyelamatkan nabi Musa as dan Bani Israil dari kejaran Firaun. Mereka memuliakannya dengan berpuasa. Kemudian Rasulullah saw. menetapkan puasa pada tanggal 10 Muharram sebagai kesyukuran atas pertolongan Allah. Masyarakat Jahiliyah sebelumnya juga berpuasa. Puasa 10 Muharram tadinya hukumnya wajib, kemudian berubah menjadi sunnah setelah turun kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Ibnu Abbas RA, bahwa nabi saw. ketika datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa (10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul saw. berkata, “Saya lebih berhak mengikuti  Musa as. dari mereka.”  Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa” (HR Bukhari).
Keutamaan berpuasa pada bulan Muharram ini juga dikuatkan dengan Hadits lain :

Dari Abu Hurairah RA. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)

Dari Abu Qatadah RA. Rasulullah ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat.”  (HR. Muslim).


Tradisi Peringatan Tahun Baru
Dalam Perkembangannya di Indonesia, Tahun Hijriyah telah diadopsi sejak masa-masa silam. Sistem Penanggalan Jawa yang semula menggunakan sistem kalender Saka yang berasal dari India kemudian oleh Sultan Agung dirubah menjadi sistem penanggalan Hijriah. Dan mengadopsi nama-nama hari dan bulan kalender Hijriah, serta berbasis lunar (komariyah), hanya saja untuk hitungan tahun tetap meneruskan hitungan Tahun Saka.
Tradisi Peringatan Tahun baru ketika itu masih banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu, sehingga banyak bercampur dengan syirik dan khurafat. seperti Suro diyakini sebagai bulan yang keramat, gawat dan penuh bala. Maka diadakanlah upacara ruwatan dengan mengirim sesajen atau tumbal ke laut. Sebagian yang lain dengan cara bersemedi mensucikan diri bertapa di tempat-tempat sakral (di puncak gunung, tepi laut, makam, gua, pohon tua, dan sebagainya)
Ada juga tradisi tidak mengadakan pernikahan, khitanan dan membangun rumah. Masyarakat  berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa sial dan malapetaka bagi diri mereka.
Lain dulu lain sekarang. Jika dahulu tradisi masyarakat banyak berkiblat ke India yang kental dengan agama Hindu, saat ini masyarakat lebih cenderung mengikuti tradisi dan budaya Barat. Hal ini disebabkan gencarnya propaganda Barat pada Media-media baik cetak, visual maupun internet. Sehingga Tahun Baru Islam banyak diwarnai dengan tasyabbuh (menyerupai) budaya dan tradisi mereka. Mereka merayakan Tahun baru Islam dengan pesta kembang api, membakar petasan, kumpul-kumpul antara laki-laki dan perempuan (ikhtilath) tanpa batas, sehingga terjeremus mendekati perzinahan. Hal ini memang sudah diisyaratkan Rasul sejak dahulu.
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan benar-benar nyata saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.

Momentum Perubahan

Sejatinya Peringatan Tahun Baru ini adalah sebuah momentum untuk kita mengevaluasi diri kita pada tahun yang lalu, untuk melakukan langkah perubahan yang lebih besar pada tahun yang akan datang.
Kita evaluasi sholat kita pada tahun lalu, jika masih banyak yang tertinggal maka targetkan perubahan untuk konsisten melaksanakan sholat lima waktu ditambah dengan sholat sunnah, jika dahulu masih sholat sendiri dirumah, ke depan rencanakan untuk sholat berjamaah di Masjid.
Kita evaluasi sedekah kita, apakah sudah sesuai dengan banyaknya limpahan rezeki yang Allah berikan kepada kita.
Kita evaluasi semua ibadah kita tahun yang lalu untuk kita lakukan perubahan pada tahun yang akan datang. Kita evaluasi semua dosa dan kemaksiatan kita, untuk segera kita tinggalkan dan kita mohonkan ampun kepada Allah.
Mari kita mulai lakukan perubahan dari diri kita untuk dapat mewujudkan perubahan yang lebih besar pada dunia.
Sebagai motivasi, Ada sebuah cerita menarik yang perlu jadi renungan kita.
Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk mengubah negaraku saja.
Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.
Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku. Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia ini.

Dunia terus berubah, jika kita tidak mengikuti perubahan ke arah yang positif, maka kita akan hanyut dan tergerus. Terakhir kita kutip Firman Allah dalam surat Ar ra’d 11 :
"Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan mereka sendiri."


Penulis
Armaya Azmi, S.HI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar