Rabu, 25 Februari 2015

PERUBAHAN DIRI JADI LEBIH BAIK oleh H. Misto AR

DP. MUI Kota Binjai
PERUBAHAN DIRI JADI LEBIH BAIK
oleh H. Misto AR



 Saudara kaum muslimin yang berbahagia. Semua manusia pasti ingin hidupnya bahagia apalagi seorang muslim samping usaha yang giat kearah itu, ia juga selalu berdoa agar kebahagiaan hidup itu diberikan Allah kepadanya baik didunia apa lagi diakhirat kelak. Al – Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia kearah kebahagiaan ter sebut. Al – Qur’an juga telah menunjukan dari mana seharunya manusia mulai bertolak untuk mencapai kebahagiaan itu tetapi yang jelas kalau kita seorang muslim hanya istiqomah, disiplin, dan semangat dalam menjalan kan perintah Allah. Insya Allah kehidupan kita akan bahagia dunia wal akhirat.

Akan tetapi sebaliknya jika kita tidak mau tahu dengan perintah Allah maka kita akan celaka sebagaimana dalam fir man Allah dalam Q. S. Thaha 124 yang artinya “dan barang siapa berpaling dari peringatanku maka baginya penghidupan yang sempit dan kami akan mengumpulkan pada hari kiamat dalam keada an buta”.
Dan marilah kita baca suatu cerita dari seorang lelaki mempunyai 3 (tiga) orang anak, dua orang dari anaknya sangat dicintai dan disayangi tetapi yang satu lagi tidak, ada pun anak yang dua orang itu segala keinginannya tidak pernah di laluinya apa kata sianak diturutinya, tetapi anak yang seorang lagi tidak begitu diperhatikan dan kadang. ditinggalkan dan dilupakan, akan tetapi anak yang satu itu tahu diri, meskipun dia tidak diperhatikan tetapi anak tersebut tetap mencintai dan menyayangi orang tuanya Pada suatu masa si orang tua terlibat suatu perkara yang dia sendiri tidak tahu apa hal dan persoalannya, si orang tua harus meng hadap kepengadilan untuk diminta per tanggung jawaban atas persoalan tersebut ia menjadi panik dan bingung mengapa ia bisa disidang. Karena dia tidak merasa berbuat suatu kesalahan kemudian ia berfikir, ia kan mempunyai dua orang anak yang amat dia sayangi dan cintai, kini wajarlah ia sebagai orang tua meminta bantuan kepada kedua anak nya tersebut, mana tahu anaknya dapat membantu dan membela di dalam sidang pengadilan tersebut.
Lalu ia datang kepada anaknya yang pertama, kemudian ia menerangkan akar perkaranya dan tujuan ia datang ingin bantuan dari anaknya, dan kemudian anaknya kemudia berkata “ayah tidak pernah minta tolong kepada saya, ayah harus berfikir, ayah yang berbuat maka ayahlah yang ber tanggung jawab, bukan saya.
Biar bagaimanapun saya tetap saja tidak dapat menolong ayah”. Dengan sedih hati si ayah tadi pun pergi meninggalkan anak pertamanya.
Dan dengan harapan yang tinggi ia akan me nemui anaknya yang ke dua dengan benak fikirannya pasti anak yang kedua mau membantu nya dan menolongnya dengan masalah yang ditimpa oleh orang tuanya. Dan kemudian ia bertemu dangan anak keduanya, dan ia pun mulai meceritakan akar masalah yang menimpahnya dan betapa sedinya ia mendengarkan ucapan anaknya “ayah jangan pengecut ayah yang dipanggil kepengadilan, ja di ayah harus berani menghadap pengadilan apa yang terjadi sama ayah, tidak ada sangkut pautnya de ngan saya”.
Dan kemudian ia ingat akan anaknya yang ke tiga mungkin saja dapat diminta bantuannya, dan kemudian ia pergi dan bertemu dengan anaknya yang ketiga, ia disambut dengan hangat dan ramah oleh anaknya dan kemudian dia mengatakan akar permasalahan yang me nimpanya,  dan dengan sepontan anak tersebut berkata “Ayah, kalau begitu perkara yang ter jadi serahkan kepada saya semua persoalan ini saya yang akan maju kesidang pengadilan insya Allah persoalan ayah selesai”.
Saudara kaum muslimin yang berbahagia, yang menjadi pertanya an siapakah orang tua itu? Dan siapakah dua orang anak yang disayanginya dan siapakah anak yang tidak dicintainya.
Orang tua itu adalah tiap - tiap diri manusia laki - laki ataupun perempuan, & dua orang anak yang sangat dicintainya adalah anak dan istrinya sedangkan an ak yang disia – siaka nya adalah Amal Ibadahnya.
Pada dasarnya orang tentu sangat sayang kepada anak dan istrinya. Itu terbukti sikap manusia rata - rata demikian, tetapi tidak cinta kepada a m a l ibadahnya.
Manusia cinta kepada anak dan istri selagi hidup di alam dunia ini, akan tetapi dikala malaikat maut mengambil nyawanya, maka nyatanya anak dan istri tidak di kubur bersama kita.
Di situlah baru kita sadari bahwa sayangnya anak dan istri itu hanya selagi hidup saja, selagi ruh kita masih berada di dalam badan, akan tetapi amal ibadah yang tidak begitu dicintainya itulah yang turut serta m a s u k kealam kubur yang membela kita di alam kubur dan kahirat.
Memang tidak semua manusia yang men cintai amal ibadah tetapi yang lebih banyak adalah membenci amal ibadah maka tiap - tiap orang yang meninggalkan amal ibadah shalat dan puasa dan sebagainya dan tiap orang yang tidak menjauhkan perbuatan Maksiat, itu adalah orang yang terang - terangan membenci amal ibadahnya. Pada hal amal ibadah itulah yang akan menolongnya dialam kubur dan alam akhirat.
Andai kata kita sama sekali tidak memperhatikan k h e n d a k amal ibadah kita, janganlah kita m e n g h a r a p akan dapat pembelaan dari amal itu.
Oleh karena itu janganlah k i t a mencintai anak dan istri saja. Tetapi cintai juga amal ibadah sebelum kita dipanggil pulang menghadap pengadilan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar