DP. MUI Kota Binjai |
PERUBAHAN DIRI JADI
LEBIH BAIK
oleh H. Misto AR
Saudara kaum muslimin yang berbahagia. Semua manusia pasti
ingin hidupnya bahagia apalagi seorang muslim samping usaha yang giat kearah
itu, ia juga selalu berdoa agar kebahagiaan hidup itu diberikan Allah kepadanya
baik didunia apa lagi diakhirat kelak. Al – Qur’an adalah kitab suci yang
diturunkan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia kearah kebahagiaan ter sebut. Al
– Qur’an juga telah menunjukan dari mana seharunya manusia mulai bertolak untuk
mencapai kebahagiaan itu tetapi yang jelas kalau kita seorang muslim hanya
istiqomah, disiplin, dan semangat dalam menjalan kan perintah Allah. Insya
Allah kehidupan kita akan bahagia dunia wal akhirat.
Akan
tetapi sebaliknya jika kita tidak mau tahu dengan perintah Allah maka kita akan
celaka sebagaimana dalam fir man Allah dalam Q. S. Thaha 124 yang artinya “dan
barang siapa berpaling dari peringatanku maka baginya penghidupan yang sempit dan kami akan mengumpulkan pada hari kiamat
dalam keada an buta”.
Dan
marilah kita baca suatu cerita dari seorang lelaki mempunyai 3 (tiga) orang
anak, dua orang dari anaknya sangat dicintai dan disayangi tetapi yang satu
lagi tidak, ada pun anak yang dua orang itu segala keinginannya tidak pernah di
laluinya apa kata sianak diturutinya, tetapi anak yang seorang lagi tidak begitu
diperhatikan dan kadang. ditinggalkan dan dilupakan, akan tetapi anak yang satu
itu tahu diri, meskipun dia tidak diperhatikan tetapi anak tersebut tetap
mencintai dan menyayangi orang tuanya Pada suatu masa si orang tua terlibat suatu
perkara yang dia sendiri tidak tahu apa hal dan persoalannya, si orang tua
harus meng hadap kepengadilan untuk diminta per tanggung jawaban atas persoalan
tersebut ia menjadi panik dan bingung mengapa ia bisa disidang. Karena dia
tidak merasa berbuat suatu kesalahan kemudian ia berfikir, ia kan mempunyai dua
orang anak yang amat dia sayangi dan cintai, kini wajarlah ia sebagai orang tua
meminta bantuan kepada kedua anak nya tersebut, mana tahu anaknya dapat
membantu dan membela di dalam sidang pengadilan tersebut.
Lalu
ia datang kepada anaknya yang pertama, kemudian ia menerangkan akar perkaranya
dan tujuan ia datang ingin bantuan dari anaknya, dan kemudian anaknya kemudia
berkata “ayah tidak pernah minta tolong kepada saya, ayah harus berfikir, ayah
yang berbuat maka ayahlah yang ber tanggung jawab, bukan saya.
Biar
bagaimanapun saya tetap saja tidak dapat menolong ayah”. Dengan sedih hati si
ayah tadi pun pergi meninggalkan anak pertamanya.
Dan
dengan harapan yang tinggi ia akan me nemui anaknya yang ke dua dengan benak fikirannya
pasti anak yang kedua mau membantu nya dan menolongnya dengan masalah yang
ditimpa oleh orang tuanya. Dan kemudian ia bertemu dangan anak keduanya, dan ia
pun mulai meceritakan akar masalah yang menimpahnya dan betapa sedinya ia
mendengarkan ucapan anaknya “ayah jangan pengecut ayah yang dipanggil kepengadilan,
ja di ayah harus berani menghadap pengadilan apa yang terjadi sama ayah, tidak
ada sangkut pautnya de ngan saya”.
Dan
kemudian ia ingat akan anaknya yang ke tiga mungkin saja dapat diminta bantuannya,
dan kemudian ia pergi dan bertemu dengan anaknya yang ketiga, ia disambut
dengan hangat dan ramah oleh anaknya dan kemudian dia mengatakan akar
permasalahan yang me nimpanya, dan
dengan sepontan anak tersebut berkata “Ayah, kalau begitu perkara yang ter jadi
serahkan kepada saya semua persoalan ini saya yang akan maju kesidang pengadilan
insya Allah persoalan ayah selesai”.
Saudara
kaum muslimin yang berbahagia, yang menjadi pertanya an siapakah orang tua itu?
Dan siapakah dua orang anak yang disayanginya dan siapakah anak yang tidak dicintainya.
Orang
tua itu adalah tiap - tiap diri manusia laki - laki ataupun perempuan, & dua
orang anak yang sangat dicintainya adalah anak dan istrinya sedangkan an ak
yang disia – siaka nya adalah Amal Ibadahnya.
Pada
dasarnya orang tentu sangat sayang kepada anak dan istrinya. Itu terbukti sikap
manusia rata - rata demikian, tetapi tidak cinta kepada a m a l ibadahnya.
Manusia
cinta kepada anak dan istri selagi hidup di alam dunia ini, akan tetapi dikala
malaikat maut mengambil nyawanya, maka nyatanya anak dan istri tidak di kubur
bersama kita.
Di
situlah baru kita sadari bahwa sayangnya anak dan istri itu hanya selagi hidup
saja, selagi ruh kita masih berada di dalam badan, akan tetapi amal ibadah yang
tidak begitu dicintainya itulah yang turut serta m a s u k kealam kubur
yang membela kita di alam kubur dan kahirat.
Memang
tidak semua manusia yang men cintai amal ibadah tetapi yang lebih banyak adalah
membenci amal ibadah maka tiap - tiap orang yang meninggalkan amal ibadah
shalat dan puasa dan sebagainya dan tiap orang yang tidak menjauhkan perbuatan
Maksiat, itu adalah orang yang terang - terangan membenci amal ibadahnya. Pada hal
amal ibadah itulah yang akan menolongnya dialam kubur dan alam akhirat.
Andai
kata kita sama sekali tidak memperhatikan k h e n d a k amal ibadah
kita, janganlah kita m e n g h a r a p akan dapat pembelaan dari amal
itu.
Oleh
karena itu janganlah k i t a mencintai anak dan istri saja. Tetapi
cintai juga amal ibadah sebelum kita dipanggil pulang menghadap pengadilan Allah
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar