FUNGSI PEMAHAMAN ALHAMDULILLAH
DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SEORANG HAMBA.
“Semua
kebaikan yang datang pada dirimu adalah dari Allah Swt dan semua keburukan yang
datang pada dirimu adalah dari dirimu sendiri…”(Q.S. 4: 79). “Segala puja-puji
bagi Allah Swt Tuhan semesta alam” (Q.S. 1: 2).
Manusia tercipta sebagai seorang hamba, sebagaimana yang dijelaskan
dalam Q.S. 51:56 yang artinya “tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali
menyembah Allah Swt.” Oleh karena itu, manusia yang menyembah Allah Swt disebut
sebagai seorang hamba.
Dalam suatu kehidupan, manusia tidak lepas dari berbagai
urusan-urusan. Urusan-urusan yang dimiliki manusia tidak akan lepas dari
permasalahan. Permasalahan adalah suatu hal yang dapat memotivasi dan
menghambat perjalanan kehidupan seorang manusia.
Keberadaan suatu permasalahan kehidupan pada diri seorang manusia dapat
dilihat di berbagai sektor. Apakah dalam kehidupan berkelompok (kumpulan
masyarakat/sosial) maupun dalam kehidupan perorangan (individu). Sebagian besar
dari manusia memiliki kesusahan di dalam mengatasi masalahnya. Dari permasalahan
yang timbul pada diri seorang manusia telah mendatangkan kondisi batin yang meresahkan
dirinya.
Kegagalan manusia di dalam mengatasi permasalahan tersebut
melahirkan pandangan yang negative (stigma) terhadap Allah Swt. Seperti,
“mengapa Tuhan memberikan penderitaan kepada diriku dengan masalah-masalah yang
kuhadapi?”. Hal tersebut terucap karena ketiadaan penyelesaian dari masalah
yang dihadapinya dan mengakibatkan dirinya menderita.
Alhamdulillah memiliki makna
yaitu pemujaan dan pemujian hanya milik Allah Swt. Pemujaan dan pemujian
seorang hamba kepada Allah Swt adalah senjata dan jalan utama dalam menghadapi
berbagai permasalahan di dalam kehidupan. Alhamdulillah merupakan kunci
zikir bagi seorang hamba dalam menuju kalimat zikir lainnya sehingga menghasilkan
ketaatan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt .
Pemahaman fungsi kalimat Alhamdulillah memiliki dua hal. Pertama,
seorang hamba yangmemuja dan memuji Allah Swt di saat bahagia. Berbagai
fasilitas dunia (yang dapat mendatangkan kebanggaan) yang datang pada diri
seorang hamba dan diiringi dengan memuja dan memuji hanya kepada Allah Swt,
maka ia akan selalu bersyukur atas fasilitas yang ia miliki dan tidak berlaku
sombong kepada makhluk Allah Swt yang lainnya. Pemujaan-pemujian yang dilakukan
seorang hamba kepada Allah Swt, dapat menyadarkan dirinya bahwa semuanya dari
Allah dan akan kembali kepada Allah Swt. Kedua, seorang hamba yang
memuja dan memuji Allah Swt di saat menderita, yaitu seorang hamba yang tidak
memiliki fasilitas dunia. Berbagai penderitaan yang dihadapinya bila diiringi
dengan pemujaan dan pemujiaan kepada Allah Swt, maka akan melahirkan diri
seorang hamba yang senantiasa bersabar dan tidak berputus asa.
Kemampuan seorang hamba dalam menghadapi kebahagiaan dan
penderitaan akan memberikan nilai kebaikan pada dirinya. Nilai kebaikan yang
datang pada diri seorang hamba adalah diperoleh dari Allah Swt. Kebalikannya,
apabila seorang manusia tidak mampu menghadapi kebahagiaan yang berupa
fasilitas dunia (yang dapat memberikan kebanggaan pada dirinya), maka ia akan
berlaku sombong. Karena, kebahagiaan yang ia peroleh telah dilandasi dengan
pemujaan dan pemujian seorang manusia kepada hal-hal yang membanggakan dan
membuat dirinya untuk berlaku sombong. Sebaliknya, bila seorang manusia tidak pernah memuja dan memuji Allah Swt
dalam kehidupannya dan memperoleh berbagai penderitaan, maka ia akan berlaku
tidak sabar dan berputus asa. Sifat sombong dan putus asa yang terjadi pada
seorang manusia karena ia tidak memuja dan memuji Allah Swt dalam menghadapi
segala sesuatu adalah suatu sifat yang buruk.
Setiap sifat buruk dan hal-hal
yang buruk yang terjadi pada diri seorang manusia adalah karena dirinya sendiri.
Oleh karena itu, Rasulullah Saw, menempatkan pemujaan-pemujian seorang hamba kepada
Allah Swt, adalah dasar dari ucapan rasa syukurnya.
Seorang manusia akan mampu menghindari segala keburukan atau sifat
yang buruk tersebut apabila ia mampu menempatkan dirinya sebagai seorang hamba.
Seorang manusia yang dinyatakan sebagai seorang hamba adalah
manusia yang senantiasa memuja dan memuji Allah Swt dalam menghadapi sesuatu
sehingga dengan memuja dan memuji Allah Swt, seorang hamba akan mampu
mengendalikan dirinya dari kebahagiaan dunia yang diperolehnya untuk tahu
bersyukur dan tidak berlaku sombong. Dengan memuja dan memuji Allah Swt,
seorang hamba akan mampu mengendalikan dirinya dari segala penderitaan
untuk tahu bersabar dan tidak berputus
asa. Manusia yang mampu mengendalikan dirinya dari kondisi bahagia dan derita
disebut sebagai seorang hamba. Seorang hamba yang tahu bersyukur adalah seorang
hamba yang mengawali rasa syukurnya dengan memuja dan memuji Allah Swt,
sehingga seorang hamba akan menyikapi kebahagian dan penderitaan yang
dihadapinya senantiasa dengan rasa syukur kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar