Senin, 16 Februari 2015

FUNGSI PEMAHAMAN ALHAMDULILLAH DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SEORANG HAMBA. oleh DR. H.Safria Andy,MA



FUNGSI PEMAHAMAN ALHAMDULILLAH
DALAM MENGATASI PERMASALAHAN SEORANG HAMBA.

“Semua kebaikan yang datang pada dirimu adalah dari Allah Swt dan semua keburukan yang datang pada dirimu adalah dari dirimu sendiri…”(Q.S. 4: 79). “Segala puja-puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam” (Q.S. 1: 2).
Manusia tercipta sebagai seorang hamba, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. 51:56 yang artinya “tidaklah kuciptakan jin dan manusia kecuali menyembah Allah Swt.” Oleh karena itu, manusia yang menyembah Allah Swt disebut sebagai seorang hamba.
Dalam suatu kehidupan, manusia tidak lepas dari berbagai urusan-urusan. Urusan-urusan yang dimiliki manusia tidak akan lepas dari permasalahan. Permasalahan adalah suatu hal yang dapat memotivasi dan menghambat perjalanan kehidupan seorang manusia.
Keberadaan suatu permasalahan kehidupan pada diri seorang manusia dapat dilihat di berbagai sektor. Apakah dalam kehidupan berkelompok (kumpulan masyarakat/sosial) maupun dalam kehidupan perorangan (individu). Sebagian besar dari manusia memiliki kesusahan di dalam mengatasi masalahnya. Dari permasalahan yang timbul pada diri seorang manusia telah mendatangkan kondisi batin yang   meresahkan dirinya.  
Kegagalan manusia di dalam mengatasi permasalahan tersebut melahirkan pandangan yang negative (stigma) terhadap Allah Swt. Seperti, “mengapa Tuhan memberikan penderitaan kepada diriku dengan masalah-masalah yang kuhadapi?”. Hal tersebut terucap karena ketiadaan penyelesaian dari masalah yang dihadapinya dan mengakibatkan dirinya menderita.
Alhamdulillah memiliki makna yaitu pemujaan dan pemujian hanya milik Allah Swt. Pemujaan dan pemujian seorang hamba kepada Allah Swt adalah senjata dan jalan utama dalam menghadapi berbagai permasalahan di dalam kehidupan. Alhamdulillah merupakan kunci zikir bagi seorang hamba dalam menuju kalimat zikir lainnya sehingga menghasilkan ketaatan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Swt .
Pemahaman fungsi kalimat Alhamdulillah memiliki dua hal. Pertama, seorang hamba yangmemuja dan memuji Allah Swt di saat bahagia. Berbagai fasilitas dunia (yang dapat mendatangkan kebanggaan) yang datang pada diri seorang hamba dan diiringi dengan memuja dan memuji hanya kepada Allah Swt, maka ia akan selalu bersyukur atas fasilitas yang ia miliki dan tidak berlaku sombong kepada makhluk Allah Swt yang lainnya. Pemujaan-pemujian yang dilakukan seorang hamba kepada Allah Swt, dapat menyadarkan dirinya bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah Swt. Kedua, seorang hamba yang memuja dan memuji Allah Swt di saat menderita, yaitu seorang hamba yang tidak memiliki fasilitas dunia. Berbagai penderitaan yang dihadapinya bila diiringi dengan pemujaan dan pemujiaan kepada Allah Swt, maka akan melahirkan diri seorang hamba yang senantiasa bersabar dan tidak berputus asa.
Kemampuan seorang hamba dalam menghadapi kebahagiaan dan penderitaan akan memberikan nilai kebaikan pada dirinya. Nilai kebaikan yang datang pada diri seorang hamba adalah diperoleh dari Allah Swt. Kebalikannya, apabila seorang manusia tidak mampu menghadapi kebahagiaan yang berupa fasilitas dunia (yang dapat memberikan kebanggaan pada dirinya), maka ia akan berlaku sombong. Karena, kebahagiaan yang ia peroleh telah dilandasi dengan pemujaan dan pemujian seorang manusia kepada hal-hal yang membanggakan dan membuat dirinya untuk berlaku sombong. Sebaliknya, bila seorang manusia  tidak pernah memuja dan memuji Allah Swt dalam kehidupannya dan memperoleh berbagai penderitaan, maka ia akan berlaku tidak sabar dan berputus asa. Sifat sombong dan putus asa yang terjadi pada seorang manusia karena ia tidak memuja dan memuji Allah Swt dalam menghadapi segala sesuatu adalah suatu sifat yang buruk.   Setiap sifat buruk dan hal-hal yang buruk yang terjadi pada diri seorang manusia adalah karena dirinya sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah Saw, menempatkan pemujaan-pemujian seorang hamba kepada Allah Swt, adalah dasar dari ucapan rasa syukurnya.
Seorang manusia akan mampu menghindari segala keburukan atau sifat yang buruk tersebut apabila ia mampu menempatkan dirinya sebagai seorang hamba.
Seorang manusia yang dinyatakan sebagai seorang hamba adalah manusia yang senantiasa memuja dan memuji Allah Swt dalam menghadapi sesuatu sehingga dengan memuja dan memuji Allah Swt, seorang hamba akan mampu mengendalikan dirinya dari kebahagiaan dunia yang diperolehnya untuk tahu bersyukur dan tidak berlaku sombong. Dengan memuja dan memuji Allah Swt, seorang hamba akan mampu mengendalikan dirinya dari segala penderitaan untuk  tahu bersabar dan tidak berputus asa. Manusia yang mampu mengendalikan dirinya dari kondisi bahagia dan derita disebut sebagai seorang hamba. Seorang hamba yang tahu bersyukur adalah seorang hamba yang mengawali rasa syukurnya dengan memuja dan memuji Allah Swt, sehingga seorang hamba akan menyikapi kebahagian dan penderitaan yang dihadapinya senantiasa dengan rasa syukur kepada-Nya.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar