Rabu, 25 Februari 2015

KEPEMIMPINAN YANG BAIK SECARA ISLAM OLEH : Hj. MARLIAH SITEPU, S.Pd.I, M.HI


KEPEMIMPINAN YANG BAIK SECARA ISLAM
OLEH : Hj. MARLIAH SITEPU, S.Pd.I, M.HI
 
Kepemimpinan
Kepemimpinan bisa berarti keadaan, kondisi atau situasi pemimpin. Bisa juga berarti kapasitas atau kemampuan pemimpin. Agama Islam mempunyai perhatian serius tenhadap pemimpin dan kepemimpinan. Karena pemimpin sangat menentukan kondisi, kemajuan, arah perkembangan masyarakat. Pemimpin merupakan imam, ikutan, dan pemecah masalah umat atau masyarakat. Beberapa istilah dipergunakan dalam sejarah Islam tentang pemimpin, antara lain ulil amri, khalifah, al-malik (raja), rais al-jumhuriah (presiden). Begitu pentingnya pemimpin, Rasululullah Saw memerintahkan, apabila tiga orang Muslim bepergian, harus ditunjuk salah seorang sebagai pimpinannya. Pentingnya pemimpin di dalam Islam adalah karena Islam sangat menekankan kekompakan (al-jama’ah). Rasulullah Saw menjamin bahwa kalau umatnya kompak (berjamaah) tidak akan ada yang bisa mengganggunya. Kompak (berjamaah) hukumnya wajib di dalam ajaran Islam. Siapa saja yang keluar dari jamaah, pantas diberi hukuman berat, karena dia menjadi sebab terjadinya kelemahan di dalam intern umat Islam.
Syarat Pemimpin
Syarat utama pemimpin di dalam ajaran Islam adalah Muslim; orang Muslim tidak boleh mengangkat orang yang bukan Muslim menjadi pemimpinnya; haram hukumnya. Yang dilarang diangkat atau dipilih oleh orang Islam, bukan hanya pemimpin tertinggi, tetapi juga segala posisi yang mengurus kepentingan masyarakat, seperti anggota legislative, dewan perwakilan dan sebagainya pada segala tngkatan. Allah Swt menegaskan di dalam surat al-Nisa’, ayat 144 sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا الْكَافِرِيْنَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَتُرِيْدُوْنَ أَنْ تَجْعَلُوْا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًامُبِيْنًا.
"Wahai orang-orang yang beriman, jangan kamu menjadikan orang-orang kafir menjadi pemimpin, dengan jalan meninggalkan orang-orang mu’min. (Kalau kamu jadikan mereka pemimpinmu), apakah kamu ingin memberi jalan yang nyata bagi Allah untuk menyiksa kamu."
Pada surat Ali Imran, ayat 118-120, Allah Swt menegaskan alasan tidak bolehnya mengangkat orang kafir menjadi pemimpin sebagai berikut :
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاًوَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِىْ صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْأَيَاتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ . هَأَنْتُمْ أُولَأءِ تُحِبُّوْنَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُوْنَ باِلْكِتَابِ كُلِّهِ وَاِذَالَقُوكُمْ قَالُواْ أَمَنَّا وَاِذَا خَلَوْا عَضُّوْا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوْتُوْا بِغَيْظِكُمْ اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ. اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوْا بِهَا وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُركُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا اِنَّ اللهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ.
"Wahai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu jadikan menjadi kepercayaan orang-orang yang di luar kalangan kamu, karena mereka tidak akan berhenti membuat kemudhratan kepada kamu; mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut meeka, dan apa yag disembunyikan hati mereka lebih besar lagi, Sungguh telah kamai jelaskan kepada kamu tanda-tanda Kami, jika kamu memikirkannya. Begitulah kamu, kamu suka kepada mereka, tetapi mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada seluruh kitab (dimana mereka tidak pernah mengakui kitab kamu). Apabila mereka menumpia kamu, mereka berkata:”Kami adalah orang beriman”. Dan apabila mereka telah menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena bencinya terhadap kamu. Katakna kepada mereka:”Matilah kamu dengan kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. Jika kamu memperoleh kebaikan, mereka tidak senang; tetapi jia kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu sabar dan bertaqwa tidak mendatangkan kemudratan kepada kamu tipu daya mereka sedikitpun. Allah Mahamengetahui segala apa yang mereka kerjakan"
Alasan yang dijelaskan Allah di dalam surat Ali Imran di atas terbukti dalam fakta kehidupan; dalam banyak kasus, iktikad baik umat Islam untuk bertoleransi menjaga kerukunan tidak mendapat sikap seimbang dari orang-orang non-Muslim. Hak-hak umat Islam yang merupakan kajiban ajaran agamanya, seperti perlindungan umat dari makanan haram melalui sertifikat halal dan perlindungan generasi muda umat Islam dari deka-densi moral melalui pengaturan pornographi tidak mendapat perhatian, apalagi dukungan dari orang-orang non-Muslim. Bahkan, lebih disayangkan lagi sebahagian kecil umat Islam yang komitmen agamanya lemah juga tidak mendukung perlindungan tersebut.
Dalam riwayat, Amirul Mukminin Umar ibn al-Khaththab pernah ditawari oleh sebahagian sahabat untuk mengangkat seorang Majusi menjadi pembantunya dalam urusan pemerintahan, karena Majusi itu dinilai sangat professional. Umar ibn al-Khaththab menjawab:”Kalau itu saya lakukan, berarti saya melanggar perintah Allah”.

Penyakit Wahan.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

"Bersabda Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kami?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)."
Penyakit al-wahn ditandai dengan menipisnya atau bahkan hilangnya komitmen terhadap keyakinaan dan ajaran agamanya, sehingga yang muncul adalah sikap minder, rendah diri, tidak ada keberanian menunjukkan identitas sebagai seorang Muslim; akan tetapi justru timbul kecenderungan menyamakan diri dan meniru-niru kebiasaan dan pola hidup non-Muslim. Padahal orang-orang yang beriman itu harus berbeda dengan orang-orang yang tidak beriman. Allah Swt menegaskan di dalam surat al-Anfal, ayat 28 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا أِنْ تَتَّقُوْا اللهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَ يُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَأتِكُمْ وَ يَغْفِرْلَكُمْ وَاللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
"Wahai orang-orang yanag beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan membuat kamu berbeda (dari orang-orang tidak beriman), dan Dia menghapus semua kesalahan kamu dan mengampuni kamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (kepada kamu)."

Dengan berkembangnya penyakit al-wahan yang berbahaya ini di kalangan umat Islam, berarti umat ini sedang menggali kuburan masa depannya. Pemimpin-pemimpinnya ikut menjadi pengecut, tidak punya keberanian memperjuangkan kepentingan umat, termasuk kepentingan yang diwajibkan agamanya. Dengan bahasa yang sangat memalukan, persoalan kita ini persoalan politik bukan persoalan agama. Pada hal di dalam Islam, segala segi kehidupan harus sesuai dengan ketentuan Allah (ajaran agama/syariah). Para tokoh yang memperjuangkan kepentingan agama Islam dianggap berpikir sempit, fanatik, dan bahkan fundamentalis, kurang nasionalis, dan tidak menghargai pluralism. Islam agama paling memperhatikan keragaman dan pluralism; akan tetrapi pluralism Islam tidak ingin melebur perbedaan yang ada; tetapi justru mengakui dan menghormatinya, bukan menyamakannya. Bukan melebur perbedaan lalu menyamakannya; melainkan mengakui masing-masing perbedaan dan menghormatinya, terutama yang merupakan ajaran dari agama masing-masing. Bukankah Allah Swt telah menjelaskan di dalam surat al-Ikhlash, ayat 4.
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنِ
"Bagimu agamamu dan bagiku agamaku"
Petunjuk ayat ini, mirip dengan symbol yang tercantum di dalam gambar Garuda yang menjadi symbol dan filosofi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu :
Binneka Tunggal Ika, yang berarti, berbeda-beda, tetapi tetap satu. Ini berarti mengakui perbedaan dan menghormatinya, bukan meleburnya menjadi satu. Suara-suara yang cenderung menggiring tafsiran penyatuan atau penyamaan perbedaan adalah pemahaman yang keliru atau sengaja dibuat keliru, sehingga perbedaan-perbedaan yang diwajibkan agama tidak mempunyai tempat dalam pengakuan publik dari masyarakat. Ketika polisi wanita mau memakai jilbab menutup aurat yang diwajibkan agamanya, demikian juga pelajar wanita yang ingin berjilbab sesuai perintah agamanya dianggap aneh, menyimpang dari pakaian seragam profesi polisi atau pakaian segaram sekolah. Padahal itu semua merupakan hak asasi mereka.

Penutup
Marilah introspeksi diri, sejauh mana komitmen kita terhadap akidah dan perintah-perintah agama yang harus kita jalankan dan kita bela; atau sejauh mana penyakit al-wahan telah menggerogoti kehidupan kita, kehidupan sosial, kehidupan politik, kehidupan ekonomi dan kehidupan pendidikan dan kehidupan lainnya.  Mari kita renungkan firman Allah di dalam surat Ibrahim, ayat 28-30.
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ بَدَّلُوْا نِعْمَةَ اللهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوْا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ. جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ. وَجَعَلُوْا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوْا عَنْ سَبِيْلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوْا فَاِنَّ مَصِيْركُمْ اِلَى النَّارِ.


"Apakah tidak mau perhatikan kaum yang merobah nikmat Allah menjadi kekafiran dan mereka menjerumuskan kaum mereka ke dalam kebinasaan, yaitu neraka Jahannam yang mereka masuki, merupakan tempat paling buruk. Mereka sekutukan Allah untuk menyesatkan mereka dari jalan (agama) Allah. Katakanlah (kepada mereka):”Nikmatilah kekafiranmu itu, sesungguhnya tempat kembalimu adalah neraka."
Nikmat kislaman dan keimanan yang tidak dijaga dan dipertahankan dan nikmat anugerah Allah di dalam alam yang tidak disyukuri dan dikelola sesuai petunjuk Allah semua akan membawa kehancuran umat dan bangsa ini, hancur di dunia karena tidak berharga dan tidak dianggap ada dan celaka di akhirat karena akan ditempatkan di neraka.
Pada surat al-Isra’ ayat 16, Allah juga mengingatkan kita sebagai berikut:
وَاِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيْرًا
"Dan apabila Kami hendak menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan kepada orang-orang yag hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati agama Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sdudah sepantasnya berlaku terhadap mereka ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."
Mari kembali kepada agama Allah, tinggalkan kekufuran, dan bangun ketaqwaan serta komitmen terhadap ajaran agama, supaya penyakit al-wahan jauh dari kita dan bantuan serta ridha Allah kita capai. Perkuat identitas diri sebagai Muslim, buang segala keraguan dan minder itu. Tunjukkan diri sebagai Muslim yang istiqamah, tidak dapat dibeli dan diremehkan. Akui perbedaan dan hormati dengan baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar